Senin, 19 April 2010

Berkurangnya Rasa Nasionalisme Pemuda Sekarang

Sebagaimana yang kita ketahui,Indonesia tanah kelahiran kita,tanah kita dibesarkan,tanah kita berlindung di hari tua,dan mungkin tempat kita menutup mata zaman sekarang rasa nasionalisme para pemuda Indonesia sudah berkurang.Hal ini dikarenakan efek negatif dari globalisasi.

Saya mendengar sebuah cerita dari guru saya (SD),banyak mahasiswa Indonesia yang minder jika ditanyai asal mereka."Where you come from ?"tanya para mahasiswa luar negeri kepada mahasiswa Indonesia.Dengan wajah tertunduk malu,mahasiswa itu berkata "I'm from Indonesia".Mengapa orang Indonesia malu sebagai bangsa Indonesia sendiri ? Bahkan orang Malaysia yang di Indonesia ketika ditanyai berasal dari mana,mereka menjawab dengan sombongnya berkata "saya orang Malaysia".

Dan contoh lagi waktu saya kelas 1 SMP,ada anak yang membersihkan sepatunya dengan bendera merah putih.Apa hal itu pantas ? Tentu saja tidak,karena mereka sama sekali tidak menghargai jasa pahlawan Indonesia yang mengorbankan nyawa mereka agar sang saka merah putih tetap berkibar.Mungkin banyak lagi contoh-contoh yang tidak cukup dimuat di tulisan ini.

Itulah pandangan saya sebagai generasi muda zaman sekarang.Dan menurut hemat saya,nasionalisme harus ditanamkan sejak dini.Semoga kita yang masih kurang nasionalisme terhadap bangsa bisa introspeksi diri dan berubah lebih baik.

Rabu, 14 April 2010

Relevansi Pemikiran Bung Karno dalam Era Globalisasi - Oldefo vs Nefo



Indonesia sekarang menghadapi serangan dari negara-negara industri, terutama Amerika Serikat, Eropa Barat, Jepang, dan Australia. Serangan tersebut berupa serangan ekonomi. Ekonomi Indonesia dipaksa dibuka selebar-lebarnya untuk barang komoditas dari Barat masuk tanpa batas.

Indonesia dipaksa mengikuti “ideologi” free trade dalam sebuat situasi ekonomi yang kuat, yaitu kekuatan ekonomi transnational corporations, International Monetary Fund dan Bank Dunia bisa memanfaatkan “kebebasan” tersebut untuk menguras habis kekayaan Indonesia.

Serangan ini sebenarnya sedang berlangsung terhadap semua elemen “Dunia Ketiga”. Namun, serangan ini juga melahirkan arus balik. Dan arus balik perlawanan terhadap IMF, World Bank, dan transnational corporations (konglomerat negara kaya) menunjukkan bahwa konsep “Dunia Ketiga” yang dirumuskan oleh Mao Tse Tung tidak menggambarkan situasi yang sebenarnya. Ternyata yang lebih tepat adalah konsep yang dirumuskan Bung Karno pada tahun 1960-an. Memang betul bahwa analisis-analisis Mao Tse Tung meninggalkan istilah ”Dunia Ketiga” dalam pembendaharan kata politik dunia sampai sekarang. Namun, ternyata adalah konsep Bung Karno yang lebih akurat berhasil menangkap perkembangan politik global era millenium baru. Mao membagi dunia ke dalam tiga kubu. Dunia pertama adalah dunia negara-negara industri kapitalis. Dunia kedua ialah negara-negara sosialis, di blok Uni Soviet. Dunia ketiga adalah negara-negera sedang berkembang, mantan koloni yang juga, menurut Mao, merupakan motor penggerak perubahan dunia. Sukarno tidak menerima analisis Mao. Dengan lebih cermat, ia melihat dinamika revolusioner di lapangan pergerakan sendiri. Bung Karno membagi dunia ke dalam hanya dua kubu. Pertama, kubu OLDEFO atau Old Emerging Forces, terdiri dari pemerintah-pemerintah negara industri kapitalis bersama-sama elite feodal dan kompradore di negara-negara sedang berkembang. Di sisi lain terdapat NEFO, atau New Emerging Forces, yang merupakan pemerintah, bangsa, dan rakyat progresif negara sedang berkembang serta bersama-sama rakyat-rakyat progresif di negara industri kapitalis.

Pada zaman sekarang peta ini lebih jelas. Blok Soviet sudah runtuh. Pemerintah-pemerintah eks blok sosialis yang masih ada sudah menjadi bagian dari pemerintah-pemerintah progresif dunia negara sedang berkembang. Pemerintah Kuba dan Vietnam, misalnya, lebih bergerak sebagai bagian dari perlawanan “dunia ketiga” daripada sebuah blok sosialis. Selain Kuba dan Vietnam juga ada negara-negara ¨dunia ketiga¨ lain yang ambil peranan melawan kontrol OLDEFO. Pemerintah Venezuela adalah contoh yang baik. Bahkan, meskipun hanya dalam hal-hal tertentu saja, cukup banyak pemerintah negara-negara sedang berkembang sudah mulai membangkang. Malaysia, misalnya, dalam hal kontrol mata uangnya.

World Trade Organisation (WTO) juga diwarnai oleh perlawanan dunia sedang berkembang dalam hal-hal seperti kontrol OLDEFO terhadap hak paten dan lain sebagainya. Di dunia negara industri maju sendiri dalam lima tahun terakhir ini juga sangat terasa mulai berkembang new emerging forces di dalam masyarakatnya sendiri.

Sejak demonstrasi-demonstrasi di Seattle di Amerika Serikat dua tahun yang lalu gerakan “antiglobalisasi” sudah meluas ke mana-mana di dunia negara-negara industri. Demonstrasi-demonstrasi massal yang menuntut penghapusan utang luar negeri Dunia Ketiga menjamur di berbagai negara-negara di Amerika Utara, Eropa, dan juga di Australia. Demonstrasi-demonstrasi ini juga melawan International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) yang memaksakan paket kebijakan neo-liberal ke seluruh negara Dunia Ketiga. Gerakan antiglobalisasi ini pada hakekatnya merupakan gerakan solidaritas dengan rakyat negara-negara sedang berkembang. Sekaligus melawan elite-elite mapan di Barat itu sendiri. Tentu saja gerakan antiglobalisasi ini bukan gerakan yang melawan semakin meluasnya dan semakin intensnya hubangan antarnegara dalam segala bidang. Gerakan anti-globalisasi yang sedang berkembang ini melawan mengglobalnya upaya kaum OLDEFOs untuk memaksakan kebijakan neo-liberal yang menyerahkan segala hal ke kontrol sektor swasta demi laba atau profit. Tuntutan pokok gerakan antiglobalisasi ini adalah pembatalan utang luar negeri dunia ketiga, pembubaran IMF dan WB, dan penghentian terhadap semua proses penjualan aset publik pada swasta. Kekuatan NEFOs abad ke-21 sudah mulai berkumpul untuk mencari strategi dan wadah untuk teruskan perjuangannya. Sudah dua kali gerakan-gerakan sosial, LSM-LSM, aktivis-aktivis politik dari seluruh dunia sudah berkumpul di kota Porto Allegre di Brasil dan menyelenggarakan World Social Forum.

Dalam World Social Forum bulan Januari yang lalu lebih dari 60 ibu aktivis berkumpul dari seluruh dunia untuk membicarakan strategi untuk menghadapi IMF, WB, serta Washington, London, Berlin, Tokyo, dan Canberra. Bulan Januari mendatang akan diselenggarakan juga Asia Social Forum yang pertama, disusul oleh Asia Pacific Anti-Military Social Forum di Manila pada bulan Augustus, 2003.

Dulu Bung Karno berusaha mendirikan KONEFO atau Konperensi New Emerging Forces. Sebenarnya World Social Forum di Porto Allegre juga merupakan usaha ke dalam arah yang sama. Prosesnya memang belum selesai. Masih ada banyak perdebatan-perdebatan yang berlangsung. Masih cukup banyak kekuatan-kekuatan yang belum masuk ke proses ini. Proses meluasnya wadah WSF ini persis merupakan proses penguatan NEFO yang dibayangkan Sukarno. Sebenarnya ini adalah proses membangun kembali sebuah front antiimperialisme.

Sumber : www.gentasuararevolusi.com

Selasa, 13 April 2010

Misteri Keberadaan Harimau Jawa

Semarang (ANTARA NEWS) - Harimau Jawa (panthera tigris sundaica) pernah hidup di Pulau Jawa dan secara resmi dinyatakan punah sekitar 1980-an karena diburu manusia dan oleh menyempitnya habitat hidup binatang itu menyusul eksploitasi lahan untuk pertanian.

Namun, berdasarkan sejumlah informasi warga sekitar hutan lindung, binatang itu mungkin malah belum punah.

Pada 1985 misalnya, ada catatan bahwa di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, seekor harimau yang disebut "macan gembong" oleh warga daerah itu, mati ditembak setelah menerkam seorang warga.

Dari penelusuran internet, Harimau Jawa dinyatakan punah pada 1980-an. Kabar lain menyebutkan, harimau berbulu garis kuning dan hitam itu punah sekitar 1950-an, dengan perkiraan yang hidup sebelumnya 25 ekor. Pada 1940-an Harimau Jawa hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil.

Berbagai usaha dilakukan untuk menyelamatkan harimau ini, diantaranya dengan membuka beberapa taman nasional. Tetapi, areal taman terlalu sempit bagi harimau. Selain itu, mangsanya juga terlalu sedikit.

Pada 1950-an, ada 13 ekor Harimau Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Sekitar sepuluh tahun kemudian angka itu menyusut, sampai kemudian pada 1972 jumlahnya menyusut tinggal tujuh ekor di Taman Nasional Meru Betiri.

Meskipun taman nasional dilindungi, warga tetap membuka lahan pertanian sehingga Harimau Jawa tetap saja terancam, hingga kemudian muncul keyakinan bahwa hewan langka ini punah pada 1980-an.

Namun, sejumlah warga sekitar Gunung Kotak, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, akhir-akhir ini justru mempercayai Harimau Jawa masih berkeliaran di kawasan perbatasan daerah itu dengan Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Pomo (55), warga Dukuh Growong, Desa Ngroto, Kecamatan Kismantoro, Wonogiri, bahkan mengaku melihat bekas telapak kaki harimau yang diduga Harimau Jawa, sekitar Desember 2009.

Menurut Pomo, masyarakat yakin harimau itu ada, meskipun mereka jarang melihatnya langsung.

Seluruhnya ada sepuluh desa di Kecamatan Kismantoro, daerah di mana Pomo tinggal. Kesepuluhnya adalah Kismantoro, Gedawung, Gambiranom, Gesing, Lemahbang, Miri, Pucung, Plosorejo, Bugelan, dan Ngroto.

Posisi geografi Kismantoro terbilang kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan kecamatan lain di Wonogiri karena sebagian besar merupakan pegunungan kapur yang hampir tandus.

Sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani tradisional, lainnya merantau bekerja sebagai penjual bakso, mie ayam, dan jamu, sedangkan segelintir lainnya sukses menduduki jabatan penting di instansi pemerintah dan swasta.

Letak wilayah terpencil ini sekitar 53 kilometer dari ibukota Kabupaten Wonogiri.

Di timur, berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, di selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Slogohimo, sementara di utara bertepian dengan Kecamatan Purwantoro.

Melihat harimau

Wilayah yang berada di ketinggian 500 hingga 650 meter di atas permukaan laut tersebut memiliki hutan lindung yang jarang dijamah manusia, sementara sebagian wilayah hutannya dikelola Perum Perhutani.

Warga sekitar menduga, di kawasan hutan terpencil inilah Harimau Jawa masih berkeliaran, kendati warga mengaku sulit sekali menemukan Harimau Jawa.

Pomo meyakini, Gunung Kotak yang hanya satu kilometer dari tempat tinggalnya dan lima kilometer dari Kantor Kecamatan Kismantoro, telah menjadi sarang Harimau Jawa.

"Saya bersama istri, saat pulang dari warung di Desa Ploso pada bulan Desember 2009 menemukan telapak kaki harimau berukuran besar yang diduga Harimau Jawa," katanya.

Selain itu, seorang warga pernah menemukan kotoran harimau di sekitar Gua Watu Ondo yang terletak di kawasan lebih tinggi dari pedukuhan itu.

Menurutnya, hingga kini dua jenis harimau yakni macan tutul dan gembong, hidup di Gunung Kotak. Bahkan, macan tutul masih sering terlihat berkeliaran di pedukuhan itu.

"Warga masih sering melihat macan tutul, namun jarang melihat langsung Harimau Jawa," katanya.

Harimau itu, katanya, tidak pernah mengganggu warga setempat.

Sementara itu, warga lainnya, Yanto (35), menyatakan Harimau Jawa di kawasannya sudah sulit ditemukan meskipun warga yakin jenis harimau itu masih ada di daerahnya itu.

Menurutnya, beberapa bulan lalu, sejumlah warga pernah melihat langsung seekor harimau bersama tiga anaknya.

"Warga sering mencari rumput untuk ternaknya di sekitar Gunung Kotak dan melihat harimau. Tapi tidak jelas, harimau itu jenis apa," katanya.

Kepala Lingkungan Mijil, Kelurahan Kismantoro, Tarto, hakul yakin beberapa ekor harimau hidup di kawasan Gunung Kotak.

Dia mengaku, warga memang sering menjumpai Macan Tutul, tetapi sulit menemukan Harimau Jawa. Namun warga yang tinggal di sekitar Hutan Gombang di Gunung Kotak tetap meyakini Harimau Jawa masih hidup.

Edy Sutarmun, warga Dusun Kopen, Kecamatan Kismantoro, mengisahkan penelusurannya mengenai keberadaan Harimau Jawa di kawasan Gua Watu Ondo di Gunung Kotak yang diperkirakan menjadi sarang harimau itu.

Sebulan sebelum bulan Sura lalu, Edy menemukan jejak kaki harimau dan kotorannya di sekitar Gua Watu Ondo.

Seekor mati

Pada 1985, seekor Harimau Jawa mati ditembak aparat kecamatan setelah menerkam seorang warga yang sedang mencari rumput dekat Gua Watu Ondo. Sejak peristiwa ini Harimau Jawa tak pernah muncul lagi di kawasan Gunung Kotak.

Edy yang mengaku pertama kali melihat dan memegang bulu Harimau Jawa saat ditembak mati pada 1985 ini yakin, Harimau Jawa telah pindah sarang, tapi masih di lingkungan sekitar Gunung Kotak.

Dia mengisahkan, seekor harimau telah menyerang Soimin, warga setempat yang sedang mencari rumput dekat gua. Saat itu, bersama temannya, setelah salat subuh, Soimin berangkat mencari rumput dekat gua.

Mereka membuat api unggun yang jaraknya 20 meter dari gua untuk menghangatkan badannya.

Saat Soimin berjalan melewati mulut gua, seekor harimau menerkamnya. Temannya, yang dalam keadaan luka berteriak-teriak dan berlari meninggalkan tempat itu. Warga kemudian menemukannya dan membawanya ke puskesmas setempat untuk dirawat.

Aparat Muspika setempat berhasil memburu harimau itu dan menembak mati, untuk selanjutnya menggotong binatang itu menuju kantor kecamatan.

Namun, menurut Asisten Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Wilayah Purwantoro, Kabupaten Wonogiri, Roby, Harimau Jawa tidak mengganggu manusia.

Harimau itu memang sulit ditemukan, tetapi dari pengakuan warga sekitar hutan Wonogiri, binatang itu diduga masih hidup. Sejumlah warga justru mengaku pernah menemukan jejak telapak kaki harimau dan kotorannya, sedangkan yang lain mengaku melihat harimau turun gunung.

Namun karena tidak pernah mengganggu manusia, warga tidak pernah memburu harimau-harimau itu.

Luas hutan di bawah pengelolaan Perhutani BKPH Purwantoro mencapai 4.800 hektar, mencakup Kecamatan Kismantoro, Purwantoro, Slogoimo, dan Jatiroto. Hutan lindung ini diyakini sebagai tempat tinggal harimau.

Namun, petugas Perhutani yang rutin setiap tiga bulan melaporkan tugasnya ke Perhutani setempat, tidak pernah menyebutkan ada Harimau Jawa di daerahnya.

"Petugas di lapangan hanya melaporkan hewan yang sering ditemui di hutan Wonogiri antara lain kera, kijang, ayam hutan, dan burung betet. Mereka tidak pernah menemukan harimau," katanya.

Penyelidikan serius

Ironisnya, warga sekitar pertapaan Girimanik, Desa Kitren, Kecamatan Slogoimo, sering melihat harimau yang diklaim sering turun jika ada warga yang membuat api unggun.

Sebaliknya, Asisten Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Wonogiri Budi Rusmanto menandaskan, petugas lapangan tidak pernah melaporkan temuan Harimau Jawa karena mereka memang tak pernah melihat langsung fauna itu.

Tetapi, katanya, pada 2009, petugas mendapat informasi dari warga tentang seekor harimau relatif besar yang melintasi jalan kawasan hutan yang mereka sebut Alas Kethu.

"Warga tidak tahu apakah itu macan tutul atau Harimau Jawa," katanya.

Menurutnya, Harimau Jawa diperkirakan masih ada di kawasan itu, meskipun sulit ditemukan.

Dari kesaksian dan fakta-fakta itu, klaim punahnya Harimau Jawa tampaknya masih menjadi teka-teki.

Sejumlah peneliti dari berbagai organisasi pelindung binatang menyatakan bahwa Harimau Jawa punah, namun warga sekitar hutan seperti di Wonogiri menginformasikan bahwa akhir-akhir ini mereka sering menemukan jejak kaki binatang yang diduga milik Harimau Jawa.

Budi berharap, pihak berwenang menindaklanjuti informasi warga mengenai dugaan masih adanya Harimau Jawa itu, dengan menyelenggarakan penyelidikan yang serius.

"Jika betul-betul masih ada di Wonogiri, khususnya di Kismantoro, sebaiknya dilakukan penyelamatan atas harimau itu," katanya.

Kemudian, jika ternyata memang harimau itu ada, pemerintah perlu membuat taman nasional khusus Harimau Jawa di Kismantoro, demikian Budi Rusmanto.

Sumber : ANTARA

Sabtu, 10 April 2010

Perang Sino-India


Sulit membayangkan dua negara yang sama-sama mempunyai populasi terpadat di dunia, wilayah yang sangat luas dan saling berbatasan langsung, serta mempunyai ideologi yang berbeda seperti India dan China tidak pernah berselisih.Perang antara India dan China atau yang lebih dikenal dengan Perang Sino-Indian pada 1962, memang luput dari perhatian generasi sekarang. Gema perang tenggelam oleh perang Vietnam-Amerika (sering muncul di felem), Perang Teluk 1 dan 2 dan juga PD II (juga karena pelem). Perang Sino-Indian sama sekali tidak pernah didengar sebelumnya, sampai sekarang.

Yang menarik dengan perang antara India vs Cina ini adalah cara berperang mereka dan lokasinya (dipegunungan tinggi Himalaya). Perang berlangsung ketika People Liberation Army (PRC-China) menyerang patroli pasukan India disekitar perbatasan yang diperebutkan kedua belah pihak di disekitar Arhunacal Pradesh yang diklaim Cina sebagai wilayah Tibet Selatan. Pertempuran meluas sampai wilayah Aksai Chin, sebuah wilayah luas sebesar Swiss!!.

Pertempuran PRC dipimpin oleh Zhang Guohua berkekuatan sekitar 80.000 prajurit, sementara India dipimpin Brij Mohan Kaul. Pertempuran dalam skala besar berlangsung di ketinggian 4250 meter diatas permukaan laut (bener-bener diatas gunung). Keduanya sama-sama tidak bisa menggunakan kekuatan laut maupun kekuatan udara, semua pertempuran dilakukan infantri darat mereka. Sungguh sangat luar biasa.

Hasil pertempuran (katanya) dimenangkan oleh China, dimana korban dari pihak China 1.460 terbunuh atau terluka, sementara dari India 3.128 terbunuh atau terluka. Seaneh dimulainya peperangan, perang Sino-Indian hanya berlangsung antara 10 Oktober-21 November 1962. Cina mengumumkan gencatan senjata sepihak dan menarik pasukannya dari wilayah India yang telah dikuasai.
data pertempuran dapat dilihat di sini.
Bagaimana jadinya kalo konflik India vs China terjadi lagi di era modern seperti sekarang, dua-duanya sekarang menjadi raksasa ekonomi dunia di Asia. Senjata kedua belah pihak sekarang sudah jauh lebih canggih dibanding tahun 1962 dan keduanya baik India maupun China sama-sama mempunyai senjata Nuklir.

Sumber : Diskusi Kaskus

Jumat, 02 April 2010

Do'a Kelulusan UN (For SMPN 4 Madiun)

Ya Allah berikanlah kami kelulusan 100% dengan nilai yang baik dan bisa diterima di sekolah yang diinginkan masing-masing.Amin.